MAWAS DIRI MENAKAR BERANI
Disusun oleh: Ki Jlitheng Suparman
Enggar
Ikhtianti Pratiwi
I C
15410139
Disuatu desa yang bernama desa
Bangunjiwo ada pemilihan kepala desa, ada tiga kandidat yang mencalonkan diri
sebagai bakal calon kepala desa Bangunjiwo. Mbah sidik selaku
panitia memimpin perhitungan suara
pemilihan kepala desa, saat akan menghitung suara mendadak papan tulis untuk mencatat perhitungan suara hilang, Parjo selaku kepala keamanan ditanya masalah papan tulis itu dan dia tidak
tau, dan kemudian Sodrun juga salah satu petugas keamanan juga ditanya oleh
Mbah Sidik ternyata Sodrun yang salah
presepsi karena merasa dituding sebagai biang
hilangnya papan tulis, ternyata papan tulis itu disimpan oleh salah satu kepala rumah tangga
kelurahan.
Parjo memberikan hasil perhitungan suara yang
sudah dilakukan ketika mbah Sidik sibuk dengan urusan papan tulis, kemudian mbah Sidik membacakan hasil perhitungan dan memenangkan pak Somad mbah Sidik
juga diam-diam meminta bonus atas keberhasilan pak Somad sebagai kepala desa,mbah Sidik juga siap dengan resiko jika ada salah satu warga yang tau akan
di labrak oleh mbah Sidik.
Pada suatu hari kampret dan karyo tengah berbincang-bincang membahas
tentang sukses pilkades dengan pemenang pak Somad,gegap gempita pilkades tidak akan
merubah apa-apa di desa Bangunjiwo.Ketika tengah asyik berbincang-bincang,keduanya
mendapati bahwa rumah pak Somad tengah mengadakan pesta tasyakuran atas
keberhasilannya menjadi kepala desa Bangunjiwo.Banyak penyanyi lokal dan luar
negeri yang turut serta memeriahkan acara tersebut. Untuk jeda dari kepenatan beban pikir, Kampret mengajak
Karyo menyaksikan panggung hiburan dalam rangka tasyakuran kemenangan Somad
sebagai lurah baru Desa Bangunjiwo.
Pada saat acara tengah berlangsung kemudian Jhony menghentikan
acara tasyakuran dirumah pak Somad itu,Jhony mengatakan bahwa pak Somad harus
segera dilengserkan karena pak Somad telah berbuat curang yaitu dengan
menggunakan cara politik uang dan tidak jujur,kemudian Jhony meminta
agar pak Somad dilengserkan dan dilakukan pemilihan ulang, Kampret yang mabuk merasa terusik kesenangannya atas ulah
Jhony. Ia segera naik ke atas panggung meminta Jhony berhenti ngoceh, agar
kemudian hiburan dangdut dilanjutkan. Jhony, para warga yang geram akhirnya melakukan demo dan tawuran besar
besaran menuntut dilengserkannya pak Somad sebagai kepala desa. Karyo bingung. Ia mendesak pak Somad sebagai lurah yang baru
harus bisa mengendalikan situasi. Pak Somad pun berkilah, karena ia pejabat
baru maka belum menguasai medan. Ia perlu mempelajari situasi dan kondisi
terlebuh dahulu, berkoordinasi, baru bisa menentukan tindakan yang harus
diambil.
“Waaaa… rakyate selak modar, Pak!” teriak Karyo. Calon pemimpin sebelum berkuasa itu seharusnya sudah lebih dulu menguasai masalah, bukan berkuasa dulu baru mempelajari masalah. Kalau sikap dan pola pikir calon-calon pemimpin di negeri ini seperti itu, mustahil ada pemimpin yang benar-benar menguasai masalah dan mampu menyelesaikannya, kaderisasi pemimpin di negara ini memang benar-benar bermasalah.
“Waaaa… rakyate selak modar, Pak!” teriak Karyo. Calon pemimpin sebelum berkuasa itu seharusnya sudah lebih dulu menguasai masalah, bukan berkuasa dulu baru mempelajari masalah. Kalau sikap dan pola pikir calon-calon pemimpin di negeri ini seperti itu, mustahil ada pemimpin yang benar-benar menguasai masalah dan mampu menyelesaikannya, kaderisasi pemimpin di negara ini memang benar-benar bermasalah.
Namun yang
ada pak Somad, Mbah Modin, pak gendut polisi dan Parjo hanya berkilah ini itu tentang kejadian tersebut dan tidak melalukan tindakan
apapun kecuali hanya memandang dari kejauhan. Karyo
sudah benar-benar tak habis pikir, di kerusuhan itu, rakyat saling berbenturan.
Setiap saat nyawa mereka bisa melayang tanpa mau menunggu keputusan
rapat-perdebatan prosedur hukum. mungkin bangsa ini sedang nyenyak bermimpi.
Bermimpi berdemokrasi, bermimpi bernegara, bermimpi menjadi bangsa besar semua
itu baru sebatas mimpi, faktanya kita belum bisa berdemokrasi, kita belum bisa
bernegara kita belum bisa berdaulat, kebanyakan warga bangsa dan rakyat kita
masih mudah tunduk dipermainkan kepentingan asing maupun elitis negeri yang
sesat.
Saatnya
bangsa ini sadar, kesadaran akan muncul ketika kita mau mawas diri, jujur
melihat kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri kita, mawas diri sangat
diperlukan agar muncul tekad dan keberanian melakukan perubahan, berubah dari
bangsa miskin menjadi bangsa sejahtera. Berubah dari bangsa hina menjadi bangsa
bermartabat. Sebuah perubahan besar dan mendasar, jadi untuk itu bangsa ini
harus berani mengambil resiko, juga harus melahirkan pemimpin yang berani ambil
resiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar