Film karya Hanung Bramantyo ini bercerita tentang Soekarno,
dan berikut adalah nama-nama pemeran dalam film ini.
- Ario Bayu sebagai Soekarno
- Maudy Koesnaedi sebagai Inggit Ganarsih
- Lukman Sardi sebagai Bung Hatta
- Tanta Ginting sebagai Sjahrir
- Tika Bravani sebagai Fatmawati
- Feri Salim sebagai Sakaguchi
Dulunya
bernama Kusno tubuhnya kurus dan sering sakit-sakitan. Oleh bapaknya nama Kusno
diganti Sukarno. awal cerita dimulai ketika tahun 1929 Pada umur 24 tahun
Sukarno berhasil mengguncang podium, berteriak: Kita Harus Merdeka Sekarang!!!
Akibatnya, dia harus dipenjara. Dituduh menghasut dan memberontak. Tapi
keberanian Sukarno tidak pernah padam, Cerita berlanjut ke tahun 1940 yang masa
dimana soekarno dibuang ke Bengkulu, di Bengkulu, Sukarno istirahat sejenak
dari politik. Hatinya tertambat pada gadis muda bernama Fatmawati. Padahal
Sukarno masih menjadi suami Inggit Garnasih, perempuan yang lebih tua 12 tahun
dan selalu menjadi perisai baginya ketika dipenjara maupun dalam pengasingan,
Pertengkaran kerap terjadi dalam rumah tangga Sukarno akibat kekecewaan Inggit
dan ketidakbersediaannya untuk menjadi madu karena di polgami.
Sementara
itu Hatta dan Sjahrir, rival politik Sukarno dimasa muda mengingatkan bahwa
Jepang tidak kalah bengisnya dengan Belanda. Tapi Sukarno punya sudut pandang
berbeda. ‘Jika kita cerdik, kita bisa memanfaatkan Jepang untuk upaya
meraih kemerdekaan Indonesia’ kata Sukarno. Hatta terpengaruh. Tapi Sjahrir
tidak. Bekerjasama dengan Jepang sama saja memposisikan Indonesia menjadi bagian
dari Fasisme, musuh Amerika-Inggris-Australia. Sukarno tidak peduli dia yakin
dengan pilihannya: bekerjasama dengan Jepang untuk Indonesia Merdeka. Bersama
Hatta, Sukarno berupaya mewujudkan cita-citanya mewujudkan Indonesia Merdeka.
Anak-anak muda pengikut Sjahrir mencemooh Sukarno-Hatta sebagai kolaborator,
menjual bangsa sendiri ke tangan Fasis, Jepang saat itu mulai memasuki wilayah
Indonesia khususnya Jawa (1942) dan membawa perubahan radikal dan sistemik
dalam kehidupan sosial dan politik Bangsa Indonesia saat masih dijajah oleh
Pemerintahan Belanda. Pemerintahan Jepang mendekati Sukarno untuk mendukung
propaganda Jepang yaitu 3 A yang terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia. Karena propaganda tersebut tidak
berhasil, Jepang kemudian menarik perhatian rakyat Indonesia dengan mendirikan
tentara PETA (Pembela Tanah Air). Namun pendirian PETA ini dimanfaatkan oleh
tokoh-tokoh pergerakan untuk menjadi pasukan yang kelak dipakai untuk melakukan
perlawanan terhadap Jepang dan menjadi cikal bakal Tentara Nasional
Indonesia. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober
1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima
Tentara Ke-16, Letnan Jendral Kumakichi Harada.
Sukarno,
Hatta, Syahrir kerap terlibat diskusi dan perdebatan dalam melawan pemerintahan
Jepang. Sukarno memilih jalan kooperasi (kerja sama) sementara Syahrir memilih
jalan perlawanan fisik melalui PETA. Hatta berdiri netral sambil memberikan
apresiasi terhadap kedua pandangan sahabat-sahabatnya itu.
Tanggal 8
September 1944, bendera Merah Putih diijinkan berkibar namun hanya di
wilayah Jawa saja. Saat itu pemerintahan Jepang telah memberikan hadiah
kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia namun pemerintahan Jepang di Indonesia tidak
segera melakukan penyerahan melainkan mempersiapkan teknis secara bertahap
melalui panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya, Peta perpolitikan
duniapun berbalik arah dengan dijatuhkannya bom atom oleh Amerika di Hiroshima
dan Nagasaki, Jepang termasuk golongan yang tidak di untungkan dalam hal ini.
Sehingga pemerintahan Jepang di Indonesia pun bergejolak. Akhirnya momentum ini
dijadikan kesempatan oleh bangsa Indonesia untuk mempercepat kemerdekaan
Indonesia, sehingga kemudian di umumkan kemerdekaan Indonesia tanggal 17
agustus 1945 dan film ini ditutup dengan kisah heroik dan mengharukan saat
naskah Proklamasi dibacakan dan bendera merah putih buatan Fatmawati
dikibarkan. Bangsa Indonesia bersorak dan bersukacita atas kebebasan yang diproklamirkan,
Inggit yang menenun sepi di Bandung pun turut bergembira atas berita
kemerdekaan ini Indonesia baru telah ditandatangani dan diproklamirkan, sebuah
pintu masuk menuju jembatan emas – sebagaimana tulisan Sukarno- baru saja
dimulai.
BY
ENGGARIP 1C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar