puisis ini tentang perjalanan menuju pulau dewata Bali, dari berangkat hingga pulang kembali ke SemarangPuisi karya Enggar Ikhtianti Pratiwi
Angin
Semburat senjaMu.
Mengores kisah.
Imajiku terbang.
Kisahku kisahmu menjadi satu.
Mengukir asa menggores kenang.
Angin pantai membisu pilu tak
menderu.
Memberi kisah tanpa arti.
Hidup
Lalu lalang itu penuh arti.
Menjual membeli terselip menjadi hal biasa.
Mampukah kau menerka arti itu?.
Memberikan pengharapan untuk sebuah kehidupan
Awal mula merengkuh kehidupan dengan
keringat mengucur deras.
Itulah cara agar mampu menerbit arti
hidup.
Memeras keringat membanting tulang
untuk mendapatkan penghidupan. .
Abstrak
Kata bukan makna.
Makna tak tersirat maupun tak tersurat.
Entah apa yang tergambar dari karya itu.
Interpretasi semu.
Analisis kelabu.
Tak mampu jawab semua tanya itu.
Satu hal kudapati anggapan tak tentu
itu.
Kembali dari hatimu hatiku tak mungin
menyeru satu.
Tak mungkin menggadu satu.
Tak
mungkin menilai satu.
Perjalanan Panjang
Tanganmu tanganku.
Perjalanan itu.
Buatku terperanjat.
Mengerti pentingnya kamu dalam hidupku.
Saling belajar ketika bersama.
Saling mengerti dan menjaga.
Perjalanan itu.
Kau menyadarkanku.
Terhanyut dalam rasaku.
Sanyangku padamu.
Jagaku denganmu.
Lelapku dalam bersamamu.
Mungkinkah terulang.
Saling jaga saling percaya..
Bersama saling
berdampingan.
Menuju satu perjalanan.
Sahabatku.
Perjalanan itu ajarkanku.
Butuhkanmu. Jagaku.
Perjalanan itu kau sadariku temanmu
sandaranmu.
Perjalanan itu bawaku.
Inginku.
Sadari adamu.
Sobatku, Samaku.
Kita selalu mangkul erat tuk saling mempercayai.
Sobatku perjalanan
itu. siang malam jadi seru.
Bersamamu sobatku.
Perjalanan itu tak terbelenggu
Lelahku
Tergelayut dalam benak
Lelahku bercampur senyumku.
Melewati perjalanan seru.
Lelahku terkikis senang hatiku.
Hatiku menggebu.
Meyergap seluruh asaku.
Senangku pengalaman baru.
Harapku lewati tiap tahap alur ini.
Kendali itu
Manusia apa yang ada pada kendali depan itu ?
Terpontang panting kesana kemari
Apa tak sadar kau bawa manusia?
Kau tak
membawa kayu
Apalagi
batu!
Puluhan jiwa manusia kau bawa
Kau anggap apa ?
Untung kami sigap
Sering kali kau permainkan jantung kami
Ya kan?
Kendala
datang pada kita
Lihat kobong kan kampas rem nya!
Susah ya? ya susah!
Lalu salah siapa ?
Salah kami? Tidak mungkin
Salahkan saja pada yang
pegang kendali ini.
Angin
Kenapa ada angin?
Tak ada angin kenapa pula?
Angin segalanya
Tak ada angin matilah kita
Ya mati mati mati
Nafas di bberkat angin
Kapal berlabuh berkat angina
Sejuk nya jiwa tersemburat karena angin
Caci maki selalu didapat
angin
Mungkin karena terlalu
dahsyat
Mereka iri akan kehebatan
angin
Bersama Malam
Malam gemerlap dengan bintang
Langit hitam dengan cantik
sungguh dihiasi
Hingga malam menglihami
kebersamaan kita
Keakraban terjalin karena malam
Kebersamaan yang didapat pada indahnya malam
Hingga gemerlap bintang semakin bertambah karena kita
Sungguh saat yang acapkali
tak terjadi
Sekali terjadi tak boleh
dilupa
Aku bahagia dengan malam dan
dengan kawan
Silau Mata
Akan keanekaragaman barang
cantik
Ya wanita memang dasarnya
begitu
Keadaan yang membawa wanita seperti itu
Tidak habis pikir kenapa bisa
Terbuai rayuan suara suara yang riuh menawarkan murahnya
harga
Khilaf memang namun
kenormalan ada pada diri ini
Kantong kering alhasil
Tapi apalah
Dupa
Kesemerbakan aroma wewangian
tersengat di rongga hidung
Macam macam bunga berserakan,
seperti tak terpakai
Namun jangan salah itu sangat
di hormati
Jangan asal saja kau tending kau injak dengan enak nya
Kena batu nya tau rasa,
Jangan anggap remeh
Tak percaya lakukan saja.
hanya itu yang masih bisa saya tulis, karena saya masih dalam tahap proses belajar, semoga bisa menginspirasi dan membantu.
Enggar Ikhtianti Pratiwi, Mahasiswi semester 4 UPGRISemarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar